Senin, 21 Januari 2008

Sejarah Harian PEDOMAN RAKYAT


Harian Pedoman Rakyat adalah surat kabar Indonesia yang terbit di Makassar sejak 1 Maret 1947. Pendirinya adalah Soegardo (1916-1955) dan Henk Rondonuwu (1910-1974). Harian Pedoman (terbit perdana dalam bentuk majalah bulanan dengan nama Pedoman, pada Sabtu, 1 Maret 1947) lahir dari perjuangan untuk tetap memperjuangkan cita-cita Proklamasi Kemerdekaan Indonesia.

Pedoman Rakyat Wafat



Pedoman Rakyat ‘’Wafat’’

Oleh: Asnawin

Tragis. Mungkin itulah kata yang tepat untuk menggambarkan ‘’wafatnya’’ harian Pedoman Rakyat (PR). Salah satu Koran tertua di Indonesia itu sudah tidak terbit sejak 3 Oktober 2007.

Ya, sungguh tragis, karena koran yang terbit sejak 1 Maret 1947 itu harus mati di era reformasi dan justru ketika di bawah kendali Ventje Manuhua, anak kandung almarhum LE Manuhua.

LE Manuhua adalah orang yang berjasa menjaga Pedoman Rakyat dari berbagai tindakan intimidasi pemerintah kolonial Belanda, sehingga mampu bertahan hidup dan tetap terbit hingga beliau wafat pada tahun 2003. LE Manuhua dikenal sebagai salah seorang tokoh pers nasional.

Ventje Manuhua sebagai anak dan penerus, ternyata tak mampu menjaga eksistensi harian Pedoman Rakyat. Mungkin ada hubungannya dengan latar belakang Ventje yang memang bukan wartawan (berbeda dengan ayahnya, almarhum LE Manuhua, yang memang wartawan tulen), tetapi ‘’wafatnya’’ Pedoman Rakyat lebih disebabkan karena kebodohan dan ketamakan Ventje.

Ventje terlalu bodoh untuk menjadi Direktur Utama atau pun Pemimpin Umum sebuah harian umum. Celakanya, ketika terbukti tak mampu mengembangkan harian Pedoman Rakyat, dia tidak juga mau memberi kesempatan kepada orang lain atau orang yang profesional dalam mengelola sebuah perusahaan surat kabar.

Bagi Ventje, lebih baik mati bersama Pedoman Rakyat daripada menyerahkan pengelolaan surat kabar tersebut kepada orang lain. Aksi unjukrasa dari wartawan dan karyawan yang memintanya mengundurkan diri dan menyerahkan pengelolaan harian Pedoman Rakyat kepada orang lain tidak digubris.

Akhirnya, Pedoman Rakyat memang benar-benar mati.

Selamat tinggal Pedoman Rakyat. Semoga engkau bisa hidup kembali, karena engkau sudah beberapa kali mati tetapi bisa hidup kembali.

Kepada Ventje Manuhua, selamat berpesta dan bergembira ria.

Kepada para mantan wartawan dan karyawan Pedoman Rakyat, selamat berjuang menempuh hidup baru, semoga kejadian ini ada hikmahnya.