Kamis, 25 Maret 2010

Kopertis IX Diharapkan Proaktif



keterangan gambar: dr. Subari Damopolii

Kopertis IX Diharapkan Proaktif
-STIKES Muhammadiyah Makassar Siap Beroperasi


Oleh: Asnawin

Makassar, 23 Maret 2010

Perguruan tinggi kini tidak perlu lagi jauh-jauh ke kantor Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi (Ditjen Dikti) Depdiknas RI di Jakarta untuk mengajukan permohonan perpanjangan izin penyelenggaraan program studi (prodi) atau mengusulkan pembukaan prodi baru.

Kewenangan untuk memproses kedua hal tersebut kini diserahkan kepada Koordinasi Perguruan Tinggi Swasta (Kopertis). Setelah semua syarat telah dipenuhi PTS, barulah Kopertis melanjutkan prosesnya ke Ditjen Dikti Depdiknas untuk mendapatkan surat keputusan.

Sehubungan dengan hal tersebut, pengelola PTS berharap Kopertis Wilayah IX Sulawesi proaktif melakukan sosialisasi, membimbing, dan membantu PTS, agar proses pengusulan perpanjangan izin penyelenggaraan prodi atau pembukaan prodi baru berjalan lancar dan SK-nya segera terbit.

‘’Kami bersyukur kalau Kopertis sudah mendapatkan kewenangan memproses usul perpanjangan izin penyelenggaraan atau pembukaan program studi (prodi) baru dari PTS, tetapi Kopertis harus proaktif melakukan sosialisasi, membimbing, dan membantu, supaya prosesnya cepat dan SK-nya segera terbit,’’ kata Direktur Akademi Kebidanan (Akbid) Muhammadiyah Makassar, dr H Subari Damopoli’i, kepada Humas Kopertis IX Sulawesi, Asnawin, di Makassar, Selasa, 23 Maret 2010.

Dia berharap Kopertis Wilayah IX Sulawesi sudah siap melaksanakan kewenangan tersebut, karena pihaknya punya pengalaman kurang bagus pada tahun 2009.

Tahun lalu, Akbid Muhammadiyah Makassar yang berada di bawah satu yayasan (Badan Pelaksana Harian) dengan lima akademi kesehatan lainnya, mengajukan permohonan konversi menjadi Sekolah Tinggi Kesehatan (Stikes) Muhammadiyah Makassar kepada Dirjen Dikti Depdiknas RI.

Berkasnya dibawa langsung ke Jakarta pada bulan Maret 2009 ke Ditjen Dikti Depdiknas dan diterima secara resmi. Pengurus BPH Akademi-akademi Kesehatan Muhammadiyah Makassar kemudian diminta pulang ke Makasar sambil menunggu proses pemeriksaan berkas sebelum terbitnya SK.

Beberapa bulan kemudian mereka mengecek kembali ke Jakarta. Ternyata berkasnya dinyatakan hilang. Mereka kemudian membuat kembali pengusulan dan berkasnya dibawa langsung lagi ke Ditjen Dikti, tetapi beberapa bulan kemudian berkasnya lagi-lagi dinyatakan hilang.

‘’Sekarang kami terpaksa membuat ulang lagi. Itu bukan pekerjaan ringan, karena berkasnya banyak dan butuh biaya ratusan ribu rupiah. Banyak karena kami terdiri atas enam akademi. Sekarang kami terpaksa meminta bantuan Pimpinan Pusat Muhammadiyah untuk bersama-sama mengawal berkas tersebut, supaya tidak hilang lagi dan bisa segera diproses lebih lanjut,’’ ungkap Subari.

Siap Beroperasi

Enam akademi kesehatan Muhammadiyah Makassar yang akan dikonversi menjadi Sekolah Tinggi Kesehatan (Stikes) Muhammadiyah Makassar, terdiri atas Akademi Kebidanan (Akbid), Akademi Keperawatan (Akper), Akademi Kesehatan Lingkungan (AKL), Akademi Analis Kesehatan (AAL), Akademi Teknik Elektromedik (ATEM), serta Akademi Teknik Radiodiagnostik (ATRO) Muhammadiyah Makassar.

‘’Stikes Muhammadiyah Makassar sudah siap beroperasi, tinggal menunggu izin penyelenggaraan dari Dirjen Dikti Depdiknas,’’ tandas Subari.


[Berita & Pendidikan]

Kuliah di Pascasarjana Tak Harus Linier Ilmunya


Direktur Program Pascasarjana (PPs) Universitas Negeri Makassar (UNM), Prof Dr Jasruddin MSi, kepada penulis di ruang kerjanya, Rabu, 24 Maret 2010, mengatakan, kuliah pada program pascasarjana tak harus linier ilmunya. ‘’Yang saya tahu itu boleh-boleh saja. Filternya masyarakat sebagai pemakai. Jadi biarkanlah masyarakat yang menilai,’’ katanya. (Foto: Asnawin)

Kamis, 04 Maret 2010

Mengenang Tiga Tahun Wafatnya Pedoman Rakyat


GEDUNG PEDOMAN RAKYAT. Tanggal 1 Maret adalah hari ulang tahun Harian Pedoman Rakyat, Makassar. Harian yang sempat berjaya selama beberapa dekade di Kota Makassar dan sekitarnya itu, tidak lagi terbit menemui pembacanya sejak 3 Oktober 2007. Meskipun demikian, sejumlah mantan wartawan dan karyawan harian Pedoman Rakyat tetap selalu merayakan ulang tahunnya dengan acara yang sangat sederhana. (Foto: Asnawin)


Padukan Budaya Tionghoa-Bugis Makassar


Foto: Tawakkal/Fajar

Harian Fajar (www.fajar.co.id)
Minggu, 21 Februari 2010

Padukan Budaya Tionghoa-Bugis Makassar
- Jangan Panggil Aku Cina

MAKASSAR -- Sejumlah atraksi budaya mewarnai malam temu hati di Ballroom Graha Pena Lt II, malam tadi. Acara ini dikemas dalam ajang silaturahmi dan akulturasi budaya Tionghoa-Makassar sebagai rangkaian perayaan Imlek 2561.

Temu hati ini diawali dengan atraksi barongsai yang membuat undangan ikut larut dalam suasana ini. Selain dihadiri sejumlah tokoh Tionghoa seperti Yonggris, Arwan Tjahjadi, Rizal Tandiawan, dan ratusan undangan lainnya, juga turut hadir Komisaris Utama PT Media Fajar HM Alwi Hamu, Dirut PT Media Fajar Syamsu Nur, Direktur Produksi dan SDM Sukriansyah S Latief, Ketua PWI Sulsel, Zulkifli Gani Ottoh, Kepala Kesbang Sulsel Tautoto Tana Ranggina.

Malam temu hati ini juga menampilkan tari Dewi Kwan In dari Vihara Girinaga, tari Tai Ci, Tari Sutra, dan sejumlah pertunjukan budaya lainnya. Tak ketinggalan pembacaan puisi oleh Udhin Palisuri berjudul "Jangan Panggil Aku Cina".

Ketua Panitia Malam Temu Hati Imlek 2561, Yonggris mengatakan, malam temu hati ini merupakan perpaduan budaya Tionghoa dengan etnis Bugis Makassar yang diharapkan bisa meningkatkan komitmen dan solidaritas antara sesama umat beragama.

Karena itu, Yonggris berharap kegiatan seperti ini akan digelar setiap tahun. “Kalau perlu lebih menarik lagi," ujar Yonggris.

Komisaris Utama PT Media Fajar, HM Alwi Hamu mengatakan, malam temu hati yang digelar sebagai rangkaian perayaan Imlek ini patut mendapat respons positif. Apalagi, ini sebagai upaya meningkatkan hubungan silaturahmi antar-sesama pemeluk agama, khususnya di Sulsel.

“Semua agama itu sama. Semua mengajarkan tentang kebaikan dan keselamatan," ujar Alwi.

Secara khusus, Alwi berharap dengan perayaan Imlek yang dilakukan warga Tionghoa ini bisa lebih banyak mendatangkan rezeki, serta rahmat kesehatan.

Kepala Kesbang Sulsel, Tautoto Tana Ranggina mewakili Gubernur Sulsel Syahrul Yasin Limpo juga mengapresiasi malam temu hati ini. "Kegiatan ini sangat positif, dan harus terus ditumbuhkembangkan. Masyarakat kita harus meningkatkan rasa persaudaraan, persatuan, dan bersama-sama menjaga keutuhan Sulsel," ujar Tautoto.

Malam tadi, tiga warga Tionghoa yang aktif pada cabang olahraga dan pernah mengharumkan nama Sulsel bahkan Indonesia di mata dunia diberi penghargaan berupa pin emas Kesetiaan dari PWI Sulsel. Pin emas tersebut disematkan kepada masing-masing atlet oleh Alwi Hamu.

Yonggris menyebutkan, pemberian pin tersebut sebagai bentuk penghargaan atas kontribusi mereka mengharumkan nama besar bangsa.

"Jadi bukan sekadar prestasi, tapi mereka banyak berkontribusi," ujar Yonggris.

Ketiga atlet dari cabang olahraga berbeda yang mendapat pin emas itu yakni, Hengky Irawan dari cabang olahraga angkat besi/angkat berat. Hengky tercatat pernah meraih medali perak dan perunggu pada PON 1981 dan 1985.

Atlet kedua yakni, Budi Wijaya dari cabang sepak bola era Ramang, dia pernah membawa PSM juara cup 1965-1966. Serta Selvi Meylowa dari cabang olahraga renang indah, peraih medali emas dan perak Malaysia Open. (sah)