Selasa, 26 Agustus 2008

Pemuda Muhammadiyah Bukukan Biografi Athirah Kalla



Pemuda Muhammadiyah Bukukan Biografi Athirah Kalla

Pemuda Muhammadiyah Sulawesi Selatan akan meluncurkan buku biografi Ibu Athirah Kalla pada Pembukaan Tanwir Pemuda Muhammadiyah di Makassar, 24 Agustus 2008.
Sekretaris Pemuda Muhammadiyah Sulsel, Panca Nurwahidin, kepada “Demos” mengatakan, pihaknya hanya punya waktu sekitar satu bulan untuk menyusun dan menyelesaikan buku tersebut
“Tetapi berkat kerja keras dari tim penyusun, kami optimis buku tersebut dapat diluncurkan pada pembukaan Tanwir Pemuda Muhammadiyah,” tandasnya.
Dia mengatakan, nama Ibu Athirah mungkin tidak banyak dikenal orang. Jangankan orang Indonesia pada umumnya, orang Sulawesi Selatan pun mungkin tidak banyak yang mengenalnya.
“Padahal, Ibu Athirah sesungguhnya salah seorang ibu teladan dan patut diteladani oleh perempuan-perempuan masa kini,” katanya.
Ibu Athirah yang lahir di sebuah kampung bernama Bukaka, di Kabupaten Bone, Sulawesi Selatan, adalah isteri dari seorang pengusaha sukses bernama Hadji Kalla (NV. Hadji Kalla).
Dari pernikahan mereka pada tahun 1937, lahir 10 anak dan salah seorang di antaranya bernama Muhammad Jusuf Kalla, seorang pengusaha dan politisi yang kini menjabat Wakil Presiden Republik Indonesia berpasangan dengan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono.
Banyak teladan yang bisa dipetik dari Ibu Athirah Kalla dan sebagian di antaranya tertuang dalam buku biografi yang kini tengah dirampungkan Pemuda Muhammadiyah Sulsel.
Tim penyusun buku tersebut terdiri atas Basti Tetteng (dosen), Asnawin (dosen/wartawan), Muhammad Yahya Mustafa (dosen/wartawan), Ilham Hamid (pegawai Depag Maros/pengurus Pemuda Muhammadiyah Sulsel), Ahmad M. Siddik (wartawan), dan Nur Ihsan (mahasiswa).
Koordinator Tim Penyusun Buku Biografi Hadjah Athirah Kalla, Basti Tetteng, menambahkan, ide penulisan buku tersebut sudah lama muncul di kalangan angkatan muda Muhammadiyah, terutama dari kalangan Pemuda Muhammadiyah Sulawesi Selatan. Namun ide tersebut baru mengkristal menjelang pelaksanaan Tanwir II Pemuda Muhammadiyah di Makassar, 24-26 Agustus 2008.
Dia mengatakan, kader-kader angkatan muda Muhammadiyah merasa prihatin dengan kurangnya sosok perempuan di Sulawesi Selatan yang dapat dijadikan teladan, baik dalam kehidupan rumah tangga maupun dalam berbagai aktivitas di luar rumah.
“Dari beberapa kali diskusi ringan, kami menyimpulkan pasti banyak perempuan Sulawesi Selatan yang bisa dijadikan contoh teladan, tetapi mereka seolah-olah “bersembunyi” atau “tenggelam” oleh hiruk-pikuk politik dan berbagai gejolak yang terjadi di tanah air, termasuk di Sulawesi Selatan,” tutur Basti yang sehari-hari dosen Fakultas Psikologi Universitas Negeri Makassar (UNM).
Lalu mengemukalah beberapa nama yang dianggap dapat dijadikan teladan.
Di kancah politik nasional dewasa ini, Sulawesi Selatan punya beberapa perempuan yang berkiprah di tingkat nasional, antara lain Marwah Daud Ibrahim dan Nurhayati Yasin Limpo (anggota DPR RI dari Partai Golkar), serta Yuliani Paris (anggota DPR RI dari Partai Amanat Nasional).
Di pentas politik tingkat provinsi Sulawesi Selatan, sudah sejak lama perempuan berkiprah. Begitupun dengan di DPRD kabupaten dan kota.
Di eksekutif tingkat provinsi dan kabupaten/kota, perempuan Sulawesi Selatan sudah banyak yang menjadi kepala dinas, bahkan kini sudah ada yang menjadi wakil bupati. Ke depan, bukan tidak mungkin akan ada yang menjadi bupati dan atau gubernur.
Menengok lebih jauh ke belakang, kata Basti, Sulawesi Selatan pernah memiliki perempuan pahlawan, antara lain Andi Ninnong, Opu Dg. Risadju, dan Batari Todjang.
“Tetapi teman-teman angkatan muda Muhammadiyah ingin mencari sosok lain yang bukan pejabat, bukan politisi, dan bukan pahlawan pejuang kemerdekaan, tetapi punya peran besar dalam keluarga dan dapat diteladani,” paparnya.
Lalu muncullah nama Athirah, seorang ibu rumah tangga yang terbilang sukses mendampingi suami sehingga bisa tampil sebagai pengusaha menengah dan sekaligus tokoh Nahdlatul (NU) Sulawesi Selatan, serta seorang ibu yang juga sukses mendidik dan membesarkan anak-anaknya sehingga menjadi orang-orang yang berpendidikan dan berpengaruh.
“Ibu Hj. Athirah juga seorang perempuan pengusaha dan aktif dalam berbagai kegiatan sosial kemasyarakatan,” papar Basti.
Meskipun tergolong orang berada dan punya banyak peluang untuk menjadi ketua organisasi atau terjun ke dunia politik, Ibu Athirah ternyata bukan perempuan yang suka pamer dan menonjolkan diri, apalagi untuk merebut jabatan dan kekuasaan.
“Sosok Ibu Athirah kami anggap dapat mewakili perempuan teladan. Teladan bagi kaum ibu rumah tangga, teladan bagi perempuan karier, dan juga teladan bagi perempuan-perempuan muda,” katanya. (asnawin)-- Tabloid Demos, Agustus 2008

1 komentar:

  1. Makassar, Aktual.com – Tim formatur calon ketua dan pengurus pusat Muhammadiyah periode 2015-2015 yang beranggotakan 12 orang akhirnya sepakat memilih Haedar Natsir menjadi Ketua Umum (Ketum) Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah.

    Putusan itu menjadi hasil dari pleno penentuan Ketua Umum di Muktamar Muhammadiyah, di Kampus Unismuh, Makassar, sekira pukul 21.00 Wita malam ini (Kamis, 6/8).

    Haedar Natsir Terpilih Sebagai Ketum PP Muhammadiyah

    BalasHapus